Pencemaran udara atau sering kita
dengar dengan istilah polusi udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau
zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan atau komposisi
udara dari keadaan normalnya (Wardhana,1999). Pencemaran udara disebabkan oleh
berbagai macam zat kimia, baik berdampak langsung maupun tidak langsung yang
semakin lama akan semakin mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.
Pencemaran udara ini dapat
berbentuk padatan, seperti partikel kecil yang disebabkan oleh debu yang
berterbangan akibat tiupan angin, asap dari industri dan kendaraan bermotor,
dan proses pembusukan sampah organik. Selain berbentuk padatan pencemaran dapat
berupa cairan dan gelombang. Pencemaran berupa cairan seperti air hujan maupun
bahan kimia yang cukup dominan (bentuk gas seperti Ozon, CO2),
sedangkan pencemaran udara yang berbentuk gelombang seperti kebisingan akibat
suara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Pencemaran udara yang
melampaui batas kewajaran akan menimbulkan dampak terhadap makhluk hidup yang
hidup di atas bumi ini. Oleh sebab itu, maka perlu kita fahami dampak apa saja
yang dapat ditimbulkan oleh pencemaran udara khususnya terhadap tumbuhan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KEPMEN KLH) No. Kep.02/Men-KLH/1988, yang
dimaksudkan dengan pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan
udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas udara turun
hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Sumber
Toksin
Sumber utama adalah berasal dari
transportasi terutama kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang
mengandung zat pencemar, 60% dari pencemar yang dihasilkan terdiri dari karbon
monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (Fardiaz, 1992).
Sumber-sumber pencemar lainnya adalah
pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain. Pada beberapa
daerah perkotaan, kendaraan bermotor menghasilkan 85% dari seluruh pencemaran
udara yang terjadi. Kendaraan bermotor ini merupakan pencemar bergerak yang
menghasilkan pencemar CO, hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna, NOx, SOx
dan partikel. Pencemar udara yang lazim dijumpai dalam jumlah yang dapat
diamati pada berbagai tempat khususnya di kota-kota besar.
Menurut
Hasketh dan Ahmad dalam Purnomohadi (1995) antara lain adalah:
(1)
Nitrogen Oksida (NOx) yaitu senyawa jenis gas yang terdapat di udara
bebas, sebagian besar berupa gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen oksida (NO2)
serta berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit. Gas NO tidak
berwarna dan tidak berbau, sedangkan gas NO2 berwarna coklat kemerahan, berbau
tidak sedap dan cukup menyengat. Berbagai jenis NOx dapat dihasilkan dari
proses pembakaran Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan bakar (BB) fosil lainnya
pada suhu tinggi, yang dibuang ke lingkungan melalui cerobong asap
pabrik-pabrik di kawasan industri. Gas NOx inipun berbahaya bagi kesehatan dan
ternak, dan di kawasan pertanian dapat merusak hasil panen.
(2)
Belerang Oksida (SOx), khusunya belerang dioksida (SO2) dan belerang
tri-oksida (SO3) adalah senyawa gas berbau tak sedap, yang banyak dijumpai di
kawasan industri yang menggunakan batubara dan korkas sebagai BB dan sumber
energi utamanya. Belerang oksida juga merupakan salah bentuk gas hasi kegiatan
vulkanik, erupsi gunung merapi, sumber gas belerang alami (sulfatar), sumber
air panas dan uap panas alami (fumarol). Oksida-oksida ini merupakan penyebab
utama karat karena ia sangat reaktif terhadap berbagai jenis logam (membentuk
senyawa logam sulfida). Ia juga mengganggu kesehatan, khususnya indra
penglihatan dan selaput lendir sekitar saluran pernapasan (hidung, kerongkongan
dan lambung). Di kawasan pertanian, gas-gas belerang oksida ini dapat merusak
hasil panen.
Respon
Tanaman
Pada kebanyakan pencemaran udara,
secara sendiri-sendiri atau kombinasi menyebabkan kerusakan dan perubahan
fisiologi tanaman yang kemudian diekspresikan dalam gangguan pertumbuhan
(Kozlowski, 1991). Pencemaran menyebabkan perubahan pada tingkatan biokimia sel
kemudian diikuti oleh peubahan fisiologi pada tingkat individu hingga tingkat
komunitas tanaman. Dijelaskan pula bahwa pencemaran udara terhadap tanaman
dapat mempengaruhi:
1.
Pertumbuhan. Sangat banyak literatur yang menunjukkan bahwa berbagai
pencemar udara dan air secara endiri-sendiri dan dalam bentuk kombinai
mengurangi pertumbuhan kambium, akar dan bagian reproduktif.
2.
Pertumbuhan akar. Baik pencemar gas maupun partikel mengurangi bibit,
jumlah pengurangan bervariasi tergantung kepada konsentrasi dan waktu
pemaparan. Beberapa studi menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi dari pohon tua
dapat berkurang. Sebagai contoh, terjadinya penurunan pertumbuhan tinggi pada
beberapa tumbuhan yang disebabkan oleh pencemar SO2, NO2 dan partikel.
3.
Pertumbuhan daun. Luasan daun dari suatu pohon dan tegakkan pohon yang
terekspose ke pencemar udara dapat berkurang karena pembentukan dan kecepatan
absisi daun. Sebagai contoh SO2 mengurangi berat dan luas daun.
Sebagai gambaran
jumlah polutan yang berbentuk gas oleh Walker et al (1996), menyebut
angka-angka sebagai berikut :
Jumlah
Pollutan Gas yang Dilepas Setiap Tahun Secara
Global (Ton)* Gas
|
Anthropogenic Sources |
Natural Sources**
|
CO2
|
6 000 000 000
|
100 000 000 000
|
SOx
|
100 000 000
|
50 000 000
|
NOx
|
68 000 000
|
20 000 000
|
CFCs
|
1 100 000
|
0
|
Keterangan
:
*
Data dari Tolba (1992) dan UNEP (1993)
**
Data dari Natural Resources masih diragukan
Beberapa data yang dikemukakan pada akhir 60-an oleh Foy :
1. Kerugian dibidang pertanian sebesar US $ 500 juta setiap
tahunnya.
2. Sepanjang jalan bebas hambatan beberapa meter kiri-kanan jalan
raya tumbuhan tidak dapat hidup di California (Bregman and Lenoman, 1966).
3. Smog dapat merusak tanaman anggur (Vitis spp.) yang
menyebabkan penurunan produksi sampai 25% dibandingkan dengan tanaman anggur
yang tidak terkena pencemaran.
Polusi
Sulfur Dioksida dapat mematikan tanaman kapas (Gossypium spp.) sedangkan
gamdum (Priticium aestivum) sangat peka berbeda terhadap pencemaran Ozon
dan Sulfur Dioksida (Foy dalam Rumawas, 1971).
Di
Indonesia, sumber pencemar udara masih terus di teliti. Akan tetapi, perkiraan
prosentasi komponen pencemar udara dari transportasi dapat dilihat pada Tabel
(Wardhana, 1999).
Perkiraan Prosentase
Komponen Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia.
Komponen Pencemar |
Prosentase (%)
|
CO |
70,50
|
NOx
|
8,89
|
SOx
|
0,88
|
HC
|
18,34
|
Partikel
|
1,33
|
Total |
100
|
Beberapa polutan sekunder diketahui
bersifat sangat merusak tanaman. Percobaan dengan cara pengasapan tanam-tanaman
dengan NO2 menunjukkan terjadinya bintik-bintik pada daun jika digunakan
konsentrasi 1.0 ppm, sedangkan dengan konsrntrasi yang lebih tinggi (3.5 ppm
atau lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan pada tenunan daun.
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama
disebabkan 2 komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan
sulfur trioksida (SO3) , dan keduanya disebut sebagai belerang oksida (SOx).
Sama halnya dengan gas yang lain, kerusakan tanaman oleh SOx dipengaruhi oleh
dua factor yaitu konsentrasi SOx dan waktu kontak. Kerusakan tiba-tiba (akut )
terjadi jika kontak dengan SOx pada konsentrasi tinggi terjadi dalam waktu
tidak lama, dengan gejala beberapa bagian daun menjadi kering dan mati dan
biasanya warnanya memucat. Kontak dengan SOx pada konsentrasi rendah dalam
waktu lama menyebabkan kerusakan kronis, ditandai dengan menguningnya warna
daun karena terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil.
B.
Kerusakan Anatomi Daun
Pencemar debu di udara dapat menutupi
mulut daun dan hal ini akan membatasi proses transpirasi seperti yang
dikemukakan oleh Fakuara (1987) dalam Zubayr (1994). Sedangkan bahan kimia yang
berupa gas , sebagai contoh SO2 akan masuk melalui mulut daun kemudian
mempengaruhi komposisi cairan sel, dan sel menjadi rusak dan mati.
Pada tumbuhan berdaun lebar, baik SO2
maupun HF menyebabkan kolopsnya selsel bunga karang, diikuti oleh stomata
permukaan bawah yang berhubungan dengan epidermis kemudian diikuti oleh
kerusakan kloroplast dan merusak jaringan palisade. Jaringan-jaringan vaskular
rusak kemudian (Ormond, 1978) Studi ultrastruktur mengenai pengaruh dari
fumigasi SO2 terhadap tanaman telah dilakukan dan diperlihatkan bahwa
pembengkakan (swelling) dari ruangan dalam tilakoid merupakan suatu dari
pengaruh utama SO2 terhadap tanaman. Awalnya pembengkakan ini merupakan
fenomena reversibel meskipun waktunya tergantung pada dosis. Beberapa pembengkakan
menjadi indikasi adanya kekacauan ionis dan pengasamanan yang terlalu cepat.
Suratin (1991) mengemukakan,
berdasarkan hasil penelitiannya diketahui
bahwa
kerusakan daun kebanyakan terjadi pada bagian mesofil. Menurutnya terdapat
kecendrungan antara kerusakan daun tersebut dengan jumlah kendaraan karena
melepaskan gas SOx ,NOx dan partikel. Daun menjadi bagian yang paling
menderita, hal ini menjadi karena sebagian besar bahan-bahan pencemaran udara
mempengaruhi tanaman melalui daun, yaitu masuk melalui stomata dengan proses
difusi molekuler terutama bahan pencemar yang berupa gas.
C. Kerusakan
Khlorofil
Penghambatan terhadap fotosintesis
seringkali dipertimbangkan sebagai satu pengaruh utama SO2 terhadap tanaman dan
kloroplast, karena kloroplast di anggap sebagai tempat utama dari banyak
gangguan yang disebabkan oleh SO2 atau produknya dalam bentuk larutan. Stroma
kloroplast umumnya mempunyai pH yang lebih besar dari 7 (mendekati 9 pada
cahaya terang) dan dalam kondisi ini membentuk ion sulfit dengan mengorbankan
bisulfit ketika terjadi ionis sulfur dalam larutan. Sebagai konsekuensinya
pengaruh sulfit sering dipertimbangkan sebagai pemikir kegiatan belerang
dioksida dalam kloroplas tetapi jika pH rendah senyawa sulfur akan masuk lebih
mudah sebagai larutan belerang dioksida.
Pengaruh SO2 terhadap pigmen
fotosintesis sangat besar. Kerusakan klorofil terjadi pada lichenes setelah
diberi pemaparan dosis SO2 5 ppm selama 24 jam. Pada konsentrasi tinggi ini,
molekul klorofil terdegradasi menjadi phaeophitin dan Mg2+. Pada proses ini
molekul Mg2+ dalam molekul kolrofil diganti oleh dua atom hydrogen yang
berakibat perubahannya kerakteristik spektrum cahaya dari molekul klorofil.
Oleh karena itu, kandungan klorofil sering dijadikan indikator terhadap pencemaran
udara (khususnya SO2). Pada lichenes yang sensitif, pemaparan kronis
dengan konsentrasi SO2 rendah (0.01 ppm) menyebabkan hilangnya klorofil.
Kerusakan pada daun oleh pencemaran
udara dapat dihambat diantaranya dengan adanya lapisan lilin daun. Lilin pada
permukaan daun secara fisiologis untuk menahan kehilangan uap air, mengontrol
pertukaran gas, mengurangi pelepasan nutrien dan metabolit, dan bertindak
sebagai bahan pencemar yang reaktif seperti SO2, NO2 dan O3.
Lilin daun merupakan bagian daun yang penting
yang dapat dipercepat rusaknya oleh angin, abrasi, gesekan dan interaksi kimia
dengan polutan. Jadi kerusakan lilin daun menyebabkan daun menjadi sensitif
terhadap pencemar. Morfologi maupun distribusi lilin pada daun dipengaruhi oleh
pencemaran udara. Kerusakan pada permukaan daun (khususnya daun lebar) dapat
terjadi oleh hujan asam dengan pH 3 – 3,5 dan konsentrasi sulfat 500 mol/liter,
sementara nitrat tidak memiliki pengaruh yang nyata (Cape, 1993).
Polusi udara dapat berbentuk gas, cairan, dan padatan. Reaksi antara gas dan cairan maupun larutan dapat dibawa angin, kemudian terjadi presipitasi yang berakibat terjadinya hujan, embun, fog, smog yang kesemuanya dapat merusak tanaman maupun lingkungan.
Sumber pencemaran dapat berasal dari gejala alam seperti letusan gunung, emisi industri dan buangan gas dari kendaraan bermotor yang dapat mencemari udara. Hujan asam menyebabkan menurunnya pH perairan dan mengendapnya zat asam di tanah, yang menyebabkan kerusakan bagi tanaman.
Pada kebanyakan pencemaran udara,
secara sendiri-sendiri atau kombinasi menyebabkan kerusakan dan perubahan
fisiologi tanaman yang kemudian diekspresikan dalam gangguan pertumbuhan.
Pencemaran menyebabkan perubahan pada tingkatan biokimia sel kemudian diikuti oleh
peubahan fisiologi pada tingkat individu hingga tingkat komunitas tanaman.
Pencemaran udara terhadap tanaman dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, pertumbuhan akar, dan
pertumbuhan daun. Gejala yang sering tampak pada tanaman akibat pencemaran
udara adalah kerusakan makrokopis daun, kerusakan khlorofil, dan kerusakan
anatomi daun.
DAFTAR PUSTAKA
Batara, E.M.S. 2005. Pencemaran Udara,
Respon Tanaman dan Pengaruhnya Pada Manusia. e-USU
Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara . Medan.
Rahmawaty. 2002. Dampak Pencemaran Udara
Terhadap Tumbuhan. digitized by USU digital library .
No comments:
Post a Comment